Selamat datang di Mahasiwa Lugu

Hati-hati, Jatuh Cinta = Gila??

Thursday, December 6, 20120 komentar

Love as addictive as cocaine (neuroscientists) 



Tulisan ini sebagai awal rasa penasaran tentang abstraksi bernama cinta. Klasik karena banyak karya yang ramai dengan tema-tema ini dan orang-orang seduniapun tak bosan membahasnya. Tapi saya anggap ini sebagai penjelasan logis akan “keritingnya” mata, berpacunya adrenalin ketika setiap waktu menyempatkan mengamati perilaku manusia dalam realita dengan permasalahan kompleks yang ujung-ujungnya kalau bukan masalah cinta ya duit. Woow, begitu dahsyatnyakah pengaruh cinta sehingga seorang bapak pergi dari keluarga demi gadis yang belum cukup umur, seorang ibu yang meninggalkan anak-anaknya demi cinta seorang pengusaha kaya, seorang suami yang menceraikan istrinya karena tak bisa memberi keturunan, seorang istri yang enggan dipoligami, seorang gadis yang bunuh diri karena cintanya ditolak, pemuda yang gila karena ditinggal kekasihnya, pejabat X yang rela menilep uang Negara demi investasi di Bank Swiss, para Hooligan yang keranjingan dan fanatik dengan pertandingan sepakbola, fans artis film top hingga merchandisenya penuh seisi rumah dsb.

Cinta, membuat seseorang berani menempuh resiko yang tak dapat dibayangkan. Jika seseorang jatuh cinta, semua zat kimia dalam tubuh terutama dopamin dan oksitoksin dalam otak mengalami fluktuasi. Ini menjelaskan mengapa orang jatuh cinta dapat melakukan apa saja yang dalam situasi normal tidak mungkin dilakukan. Dada bergemuruh, denyut nadi bertambah, napas memburu. Dalam keadaan jatuh cinta, kita menjadi sangat obsesif, akibatnya sulit tidur, pikiran terfokus pada pasangan dan apa saja akan dilakukan untuk bisa dekat. Tidak heran orang yang sedang jatuh cinta ibarat terkena gena-guna. Ia melakukan apa saja atas nama cinta.

Tapi taukah kita bahwa jatuh cinta membara memiliki fenomena kimiawi yang sama dengan penyakit jiwa bernama OCD-Obsesive Compulsif Disorder? Perasaan jatuh cinta dianggap menurunkan kadar serotonin substansi kimia di otak yang membuat kita merasa tenang dan damai. Jika serotonin turun sampai level terendah, maka anda kemungkinan mengidap OCD.

Monatella Marazitti, professor psikiatri dari universitas Pisa Italia melakukan penelitian untuk membandingkan kadar serotonin (zat kimia yang diproduksi otak) pada 24 orang yang jatuh cinta dalam 6 bulan terakhir dengan para penderita OCD dan orang yang tidak kasmaran atau mengalami OCD. Ia menemukan bahwa kadar serotonin pada orang jatuh cinta dan penderita OCD turun hingga 40% dibawah normal. Dengan kata lain, orang yang jatuh cinta memiliki gejala yang sama dengan penderita OCD. Walaupun tidak dikatakan eksplisit, tetapi dapat disimpulkan dari riset ini bahwa orang yang jatuh cinta menjadi sangat tidak rasional dan kehilangan nalar yang kritis seperti halnya penderita gangguan jiwa. Masuk akal jika ada kisah romantis Julius Caesar yang ketika jatuh cinta pada Cleopatra mengabaikan banyak masalah negara dan politik.

Helen fisher, peneliti lain yang menggunakan MRI (Magnetic Resonance Imaging) yang memungkinkan melihat otak hidup, menemukan bahwa pada orang jatuh cinta, bagian otak bernama Ventral Tegmental Area dan Nucleus Caudatus menjadi lebih aktif. Mereka memproduksi zat kimia bernama Dopamin yang berperanan penting-seperti halnya keadaan yang dialami para pecandu obat terlarang dan para perokok—dalam mekanisme reward(imbalan). Mekanisme reward ini memaksa seseorang untuk menikmati lagi dan berusaha memperoleh lagi perasaan tersebut. Ada kenikmatan dan kesenangan disitu sehingga harus mengulang. Jatuh cinta memang nikmat dan ada kecenderungan untuk mengulanginya dengan segala resiko.

Pleasure feelings yang dirasakan ketika jatuh cinta adalah peran dopamin. Dopamin adalah senyawa yang berperan sebagai neutransmitor dan perkursor terbentuknya senyawa lain. Dopamin merangsang terbentuknya norepinephrine –seperti halnya adrenalin– meningkatkan detak jantung dan berperan penting memberi rasa senang, tenang, nyaman dan ketagihan serta bertanggungjawab menentukan pengambilan keputusan. Bersama rendahnya kadar serotonin yang menyebabkan rasa obsesif, dopamin memberi efek membahagiakan, meningkatkan energi, menurunkan nafsu makan dan mengurangi konsentrasi. Sedangkan norepinephrine identik dengan peningkatan atensi, memori jangka pendek, hiperaktivitas, susah tidur dan perilaku yang berorientasi pada tujuan tertentu. Substansi tersebut akan menstimulasi peningkatan kemampuan dalam mengingat sesuatu. Kini jelas kenapa tiba-tiba kita punya kemampuan super, fokus pada hal-hal secara mendetail tapi ingatan tersebut hanya berlaku bila berkaitan dengan orang yang dicintai. Begitu kuatnya kekuatan otak untuk memperhatikan, sampai hal-hal lain hanya akan mendapatkan sisa perhatian.
.Tetapi, hati-hati, karena jatuh cinta itu berbahaya. Kabar buruknya, perasaan bahagia bernama cinta terkadang bisa menjadi racun. Kelebihan dopamin di sistem limbik otak kita justru dapat menyebabkan paranoia dan kenekatan. Pasalnya jatuh cinta menyebabkan penurunan aktivitas pada amygdala atau bagian otak yang membuat anda memiliki perasaan takut. Itu sebabnya kita kerap punya kecenderungan bersikap nekad saat sedang jatuh cinta. Contoh-contoh yang saya sebutkan diatas adalah buktinya.

Selain itu ada sesuatu yang kurang menggembirakan dari gelora cinta itu. Perasaan cinta membara terhadap lawan jenis adalah perasaan yang tidak dapat berlangsung lama dan cepat hilang. Sejumlah peneliti yakin, setelah kurun waktu tertentu bervariasi antara 18 bulan sampai 4 tahun tubuh kita jadi terbiasa dengan stimulan cinta ini. Tubuh akan beradaptasi terhadap reaksi disekitar maupun didalamnya. Lambat laun akan membentuk semacam toleransi. Dampaknya bercabang pada dua kemungkinan: lebih terikat dan berkomitmen untuk setia pada pasangan atau putus. Inilah sebabnya mengapa 18 bulan hingga 4 tahun pertama pernikahan dianggap sebagai masa krusial. Karena itu motivasi terbaik dari pernikahan adalah cinta yang diberi pupuk dengan spiritualitas. Tumbuhkanlah cinta membara tapi bingkailah cinta kita dengan iman maka itulah yang membuatnya tak lekang zaman..

Beberapa terapi untuk mengendalikan gelora cinta.

1. Tidak mau dicap sebagai penderita OCD hanya karena obsesif dan perfeksionis terhadap sesuatu? Berarti serotonin, senyawa kimia dalam otak anda bermasalah? Cobalah Makan pisang. Pisang merupakan sumber vitamin B6 yang dibutuhkan untuk membuat serotonin didalam otak. Serotonin berfungsi mengurangi rasa sakit, menekan nafsu makan, mengurangi ketegangan dan membuat rileks.

2. anda tipe pecinta yang moody? Cobalah mengatur perubahan mood cinta dengan berolahraga. Penelitian terbaru menunjukkan bila anda berlatih cardio secara rutin, akan dapat meningkatkan efek dopamin sekaligus menambah endorphin yang akan membuat anda tetap waras. Endorphin adalah zat kimia penghilang stress yang secara alami diproduksi tubuh. Jadi berolahragalah secara rutin 3 x seminggu maka kepala anda akan selalu bisa berpikir jernih

3. Makanlah Coklat. Penelitian terakhir menunjukkan Dopamin dapat distimulus dengan coklat yang bisa memacu produksi endhorphin yang memiliki sifat disinhibsi (tidak menghalangi/meningkatkan/meneruskan) terhadap produksi dopamin. Jadi mampu menimbulkan perasaan tenang, nyaman dan bahagia cocok untuk terapi mereka yang dalam keadaan underpressure.
 
Coklat, bisa kita logikakan dengan sains dapat mempengaruhi dopamin, tapi bagaimana dengan jatuh cinta? Bagaimana bisa mempengaruhi dopamin? Ungkapan “Cinta datang dari mata turun ke hati” benar adanya. Ketika kita melihat atau bertatapan dengan lawan jenis, ada sinyal-sinyal tertentu yang dipancarkan oleh gelombang cahaya melalui mata dan jika itu terjadi sinkronisasi antara keduanya, dapat berubah menjadi sinyal yang menstimulus dopamin. Karena itu seorang utusan Tuhan 15 abad lalu telah mengajarkan umatnya salah satu cara menterapi hati dengan menjaga pandangan (ghadhul bashar). Hal itu juga berlaku untuk dua orang yang berdekatan dalam jangka yang lama, biasanya feromon keduanya bisa menyambung dan sinkron. Sinkronisasi itu juga yang jadi stimulus peningkatan dopamin di otak. So sekali lagi hati-hatilah dengan cinta.

note:
–OCD– (kelainan berupa kompleksitas dimana pengidapnya tergila-gila akan kesempurnaan dan keteraturan)
Share this article :
Comments
0 Comments

Post a Comment

 

Copyright © 2012. Mahasiswa Lugu™ - All Rights Reserved

Powered by Mahasiswa Lugu