Love as addictive as cocaine (neuroscientists)
Tulisan ini sebagai awal rasa penasaran tentang abstraksi bernama cinta. Klasik karena banyak karya yang ramai dengan tema-tema ini
dan orang-orang seduniapun tak bosan membahasnya. Tapi saya anggap ini
sebagai penjelasan logis akan “keritingnya” mata, berpacunya adrenalin
ketika setiap waktu menyempatkan mengamati perilaku manusia dalam
realita dengan permasalahan kompleks yang ujung-ujungnya kalau bukan
masalah cinta ya duit. Woow, begitu dahsyatnyakah pengaruh cinta
sehingga seorang bapak pergi dari keluarga demi gadis yang belum cukup
umur, seorang ibu yang meninggalkan anak-anaknya demi cinta seorang
pengusaha kaya, seorang suami yang menceraikan istrinya karena tak bisa
memberi keturunan, seorang istri yang enggan dipoligami, seorang gadis
yang bunuh diri karena cintanya ditolak, pemuda yang gila karena
ditinggal kekasihnya, pejabat X yang rela menilep uang Negara demi
investasi di Bank Swiss, para Hooligan yang keranjingan dan fanatik
dengan pertandingan sepakbola, fans artis film top hingga merchandisenya
penuh seisi rumah dsb.
Cinta, membuat
seseorang berani menempuh resiko yang tak dapat dibayangkan. Jika
seseorang jatuh cinta, semua zat kimia dalam tubuh terutama dopamin dan
oksitoksin dalam otak mengalami fluktuasi. Ini menjelaskan mengapa orang
jatuh cinta dapat melakukan apa saja yang dalam situasi normal tidak
mungkin dilakukan. Dada bergemuruh, denyut nadi bertambah, napas
memburu. Dalam keadaan jatuh cinta, kita menjadi sangat obsesif,
akibatnya sulit tidur, pikiran terfokus pada pasangan dan apa saja akan
dilakukan untuk bisa dekat. Tidak heran orang yang sedang jatuh cinta
ibarat terkena gena-guna. Ia melakukan apa saja atas nama cinta.
Tapi taukah kita bahwa jatuh cinta membara memiliki fenomena kimiawi yang sama dengan penyakit jiwa bernama OCD-Obsesive Compulsif Disorder?
Perasaan jatuh cinta dianggap menurunkan kadar serotonin substansi
kimia di otak yang membuat kita merasa tenang dan damai. Jika serotonin
turun sampai level terendah, maka anda kemungkinan mengidap OCD.
Monatella Marazitti,
professor psikiatri dari universitas Pisa Italia melakukan penelitian
untuk membandingkan kadar serotonin (zat kimia yang diproduksi otak)
pada 24 orang yang jatuh cinta dalam 6 bulan terakhir dengan para
penderita OCD dan orang yang tidak kasmaran atau mengalami OCD. Ia
menemukan bahwa kadar serotonin pada orang jatuh cinta dan penderita OCD
turun hingga 40% dibawah normal. Dengan kata lain, orang yang jatuh
cinta memiliki gejala yang sama dengan penderita OCD. Walaupun tidak
dikatakan eksplisit, tetapi dapat disimpulkan dari riset ini bahwa orang
yang jatuh cinta menjadi sangat tidak rasional dan kehilangan nalar
yang kritis seperti halnya penderita gangguan jiwa. Masuk akal jika ada
kisah romantis Julius Caesar yang ketika jatuh cinta pada Cleopatra
mengabaikan banyak masalah negara dan politik.
Helen fisher, peneliti lain yang menggunakan MRI (Magnetic Resonance Imaging) yang memungkinkan melihat otak hidup, menemukan bahwa pada orang jatuh cinta, bagian otak bernama Ventral Tegmental Area dan Nucleus Caudatus
menjadi lebih aktif. Mereka memproduksi zat kimia bernama Dopamin yang
berperanan penting-seperti halnya keadaan yang dialami para pecandu obat
terlarang dan para perokok—dalam mekanisme reward(imbalan).
Mekanisme reward ini memaksa seseorang untuk menikmati lagi dan berusaha
memperoleh lagi perasaan tersebut. Ada kenikmatan dan kesenangan disitu
sehingga harus mengulang. Jatuh cinta memang nikmat dan ada
kecenderungan untuk mengulanginya dengan segala resiko.
Pleasure feelings yang dirasakan ketika jatuh cinta adalah peran dopamin. Dopamin adalah senyawa yang berperan sebagai neutransmitor dan perkursor terbentuknya senyawa lain. Dopamin merangsang terbentuknya norepinephrine
–seperti halnya adrenalin– meningkatkan detak jantung dan berperan
penting memberi rasa senang, tenang, nyaman dan ketagihan serta
bertanggungjawab menentukan pengambilan keputusan. Bersama rendahnya
kadar serotonin yang menyebabkan rasa obsesif, dopamin memberi efek
membahagiakan, meningkatkan energi, menurunkan nafsu makan dan
mengurangi konsentrasi. Sedangkan norepinephrine identik
dengan peningkatan atensi, memori jangka pendek, hiperaktivitas, susah
tidur dan perilaku yang berorientasi pada tujuan tertentu. Substansi
tersebut akan menstimulasi peningkatan kemampuan dalam mengingat
sesuatu. Kini jelas kenapa tiba-tiba kita punya kemampuan
super, fokus pada hal-hal secara mendetail tapi ingatan tersebut hanya
berlaku bila berkaitan dengan orang yang dicintai. Begitu kuatnya
kekuatan otak untuk memperhatikan, sampai hal-hal lain hanya akan
mendapatkan sisa perhatian.
.Tetapi, hati-hati, karena jatuh cinta itu berbahaya. Kabar buruknya, perasaan bahagia bernama cinta terkadang bisa menjadi racun. Kelebihan dopamin di sistem limbik otak kita justru dapat menyebabkan paranoia dan kenekatan. Pasalnya jatuh cinta menyebabkan penurunan aktivitas pada amygdala
atau bagian otak yang membuat anda memiliki perasaan takut. Itu
sebabnya kita kerap punya kecenderungan bersikap nekad saat sedang jatuh
cinta. Contoh-contoh yang saya sebutkan diatas adalah buktinya.
Selain itu ada sesuatu
yang kurang menggembirakan dari gelora cinta itu. Perasaan cinta membara
terhadap lawan jenis adalah perasaan yang tidak dapat berlangsung lama
dan cepat hilang. Sejumlah peneliti yakin, setelah kurun waktu tertentu
bervariasi antara 18 bulan sampai 4 tahun tubuh kita jadi terbiasa
dengan stimulan cinta ini. Tubuh akan beradaptasi terhadap reaksi
disekitar maupun didalamnya. Lambat laun akan membentuk semacam
toleransi. Dampaknya bercabang pada dua kemungkinan: lebih terikat dan
berkomitmen untuk setia pada pasangan atau putus. Inilah sebabnya
mengapa 18 bulan hingga 4 tahun pertama pernikahan dianggap sebagai masa
krusial. Karena itu motivasi terbaik dari pernikahan adalah cinta yang
diberi pupuk dengan spiritualitas. Tumbuhkanlah cinta membara tapi
bingkailah cinta kita dengan iman maka itulah yang membuatnya tak lekang
zaman..
Beberapa terapi untuk mengendalikan gelora cinta.
1. Tidak mau dicap sebagai penderita OCD
hanya karena obsesif dan perfeksionis terhadap sesuatu? Berarti
serotonin, senyawa kimia dalam otak anda bermasalah? Cobalah Makan
pisang. Pisang merupakan sumber vitamin B6 yang dibutuhkan untuk membuat
serotonin didalam otak. Serotonin berfungsi mengurangi rasa sakit,
menekan nafsu makan, mengurangi ketegangan dan membuat rileks.
2. anda tipe pecinta yang moody? Cobalah mengatur perubahan mood cinta dengan berolahraga. Penelitian terbaru menunjukkan bila anda berlatih cardio secara rutin, akan dapat meningkatkan efek dopamin sekaligus menambah endorphin yang akan membuat anda tetap waras. Endorphin adalah zat
kimia penghilang stress yang secara alami diproduksi tubuh. Jadi
berolahragalah secara rutin 3 x seminggu maka kepala anda akan selalu
bisa berpikir jernih
3. Makanlah Coklat. Penelitian terakhir menunjukkan Dopamin dapat distimulus dengan coklat yang bisa memacu produksi endhorphin yang memiliki sifat disinhibsi (tidak
menghalangi/meningkatkan/meneruskan) terhadap produksi dopamin. Jadi
mampu menimbulkan perasaan tenang, nyaman dan bahagia cocok untuk terapi
mereka yang dalam keadaan underpressure.
Coklat, bisa kita logikakan dengan sains dapat mempengaruhi dopamin, tapi bagaimana dengan jatuh cinta? Bagaimana bisa mempengaruhi dopamin? Ungkapan “Cinta datang dari mata turun ke hati”
benar adanya. Ketika kita melihat atau bertatapan dengan lawan jenis,
ada sinyal-sinyal tertentu yang dipancarkan oleh gelombang cahaya
melalui mata dan jika itu terjadi sinkronisasi antara keduanya, dapat
berubah menjadi sinyal yang menstimulus dopamin. Karena itu seorang
utusan Tuhan 15 abad lalu telah mengajarkan umatnya salah satu cara
menterapi hati dengan menjaga pandangan (ghadhul bashar). Hal itu juga berlaku untuk dua
orang yang berdekatan dalam jangka yang lama, biasanya feromon keduanya
bisa menyambung dan sinkron. Sinkronisasi itu juga yang jadi stimulus
peningkatan dopamin di otak. So sekali lagi hati-hatilah dengan cinta.
note:
–OCD– (kelainan berupa kompleksitas dimana pengidapnya tergila-gila akan kesempurnaan dan keteraturan)